BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko – sosial dan spiritual yang komprehensif,
ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh daur kehidupan manusia.
Keperawatan
merupakan ilmu terapan yang menggunakan keterampilan intelektual, keterampilan
teknikal dan keterampilan interpersonal serta menggunakan proses keperawatan
dalam membantu klien untuk mencapai tingkat kesehatan optimal.
B. RUANG
LINGKUP
Ø Sejarah
Ø Paradigma
Ø Peran
Ø Fungsi
Ø Tugas
C. TUJUAN
Ø Mengetahui peran dalam keperawatan
Ø Mengetahui sejarah dalam keperawatan
Ø Mengetahui paradigma dalam keperawatan
Ø Mengetahui fungsidalam proses keperawatan
Ø Mengetahui tugas dalam melakukan asuhan
keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Keperawatan di Dunia dan di
Indonesia
Perkembangan keperawatan di dunia dapat
diawali pertama, sejak zaman manusia
itu diciptakan (manusia itu ada) di mana pada dasarnya manusia diciptakan telah
memiliki naluri untuk merawat diri sendiri sebagaimana tercermin pada seorang
ibu. Naluri yang sederhana adalah memelihara kesehatan dalam hal ini adalah
menyusui anaknya sehingga harapan pada awal perkembangan keperawatan, perawat
harus memiliki naluri keibuan (mother
instinct) kemudian bergeser ke zaman purba di mana pada zaman ini orang
masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistis yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia, kepercayaan ini dikenal dengan nama animisme,
dimana orang yang sakit dapat disebabkan karena kekuatan alam atau pengaruh
kekuatan gaib sehingga timbul keyakinan bahwa jika yang jahat akan dapat
menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan atau
kasejahteraan. Pada saat itu peran perawat sebagai ibu yang merawat keluarganya
yang sakit dengan memberikan perawatan fisik serta mengobati penyakit dengan
menghilangkan pengaruh jahat. Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada
dewa-dewa di mana pada masa itu penyakit dianggap disebabkan karena kemarahan
dewa sehingga kuil-kuil didirikan sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit
meminta kesembuhan di kuil tersebut dengan bantuan priest physician. Setelah
itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya diakones dan
philantrop yang merupakan suatu kelompok wanita tua dan janda yang membantu
pendeta dalam merawat orang sakit serta kelompok kasih sayang yang anggotanya
menjauhkan diri dari keramaian dunia dan hidupnya ditujukan pada perawat orang
yang sakit sehingga akhirnya berkembanglah rumah-rumah perawatan akhirnya mulailah
awal perkembangan ilmu keperawatan.
Kedua, zaman keagamaan, perkembangan keperawatan
ini mulai bergeser kearah spiritual di mana seseorang yang sakit dapat
disebabkan karena adanya dosa atau kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah
tempat-tempat ibadah, sehingga pada waktu itu pemimpin agama dapat disebut
sebagai tabib yang mengobati pasien karena ada anggapan yang mampu mengobati
adalah pemimpin agama sedangkan pada waktu itu perawat dianggap sebagai budak
yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
Ketiga, zaman masehi, keperawatan dimulai pada saat
perkembangan agama Nasrani di mana pada saat itu banyak membentuk diakones,
(deaconesses), suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungi orang
sakit sedangkan laki-laki diberikan tugas dalam memberikan perawatan untuk
mengubur bagi yang meninggal, sehingga pada saat itu berdirilah rumah sakit di
Roma seperti Monastic Hospital. Pada saat itu rumah sakit digunakan sebagai
tempat merawat orang sakit, orang cacat, miskin dan yatim piatu. Pada saat itu
pula di daratan benua Asia,khusunya di Timur Tengah, perkembangan keperawatan mulai
maju seiring dengan perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW
dalam menyebarkan agama Islam diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti ilmu pasti, kimia, kesehatan dan obat-obatan. Sebagaimana
dalam Al Quran dituliskan pentingnya menjaga kebersihan diri, makanan,
lingkungan dan lain-lain. Perkembangan tersebut melahirkan tokoh Islam dalam
keperawatan yang dikenal dengan nama Rufaidah.
Keempat, zaman permulaan abad 21, pada permulaan
abad ini perkembangan keperawatan berubah, tidak lagi dikaitkan dengan faktor
keagamaan akan tetapi berubah kepada faktor kekuasaan, mengingat pada masa itu
adalah masa perang dan terjadi eksplorasi alam sehingga pesatlah perkembangan
pengetahuan. Pada masa itu tempat ibadah yang dahulu digunakan untuk merawat
sekali tidak lagi digunakan.
Kelima, zaman sebelum perang dunia kedua, pada masa
perang kedua ini timbul prinsip rasa cinta sesama manusia dimana saling
membantu sesama manusia yang membutuhkan. Pada masa sebelum perang dunia kedua
ini tokoh keperawatan Florence Naightingale (1820-1910) menyadarui adanya
pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat. Florence Naightingale
mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu dipersiapkan
pendidkan bagi perawat, ketentuan jam kerja perawat dan mempertimbangkan
pendapat perawat. Usaha Florence adalah dengan menetapkan struktur dasar di
pendidikan perawat diantaranya mendirikan sekolah perawat, menetapkan tujuan
pendidikan perawat serta menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki para calon
perawat. Florence dalam merintis profesi keperawatan diawali dengan membantu
para korban akibat perang krim (1854-1856) antara Roma dan Turki yang dirawat
di sebuah barak rumah sakit (scutori)
yang akhirnya mendirikan sebuah rumah sakit Thomas di London dan juga
mendirikan sekolah perawatan dengan nama Nightingale Nursing School.
Keenam, masa selama perang dunia kedua, selama masa
selama perang ini timbul tekanan bagi dunia pengetahuan dalam tindakan perawat
mengingat penyakit dan korban perang yang beraneka ragam.
Ketujuh, masa pascaperang dunia dua, masa ini masih
berdampak bagi masyarakat seperti adanya penderitaan yang panjang akibat perang
dunia kedua, dan tuntutan perawat untuk meningkatkan masyarakat sejahtera
semakin pesat. Sebagai contoh di Amerika, perkembangan keppentingnya kesehatan,
pertambahan penduduk yang relatif tinggi sehingga menimbulkan masalah baru
dalam pelayanan kesehatan, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi pola tingkah
laku individu, adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
dengan diawali adanya penemuan-penemuan obat-obatan atau cara-cara untuk
memberikan penyembuhan pada pasien, upaya-upaya dalam tindakan pelayanan
kesehatan seperti pelayanan kuratif, preventif dan promotif dan juga terdapat
kebijakan negara tentang peraturan sekolah perawat. Pada masa itu perkembangan
perawatan dimulai adanya sifat pekerjaan yang semula bersifat individu bergeser
ke arah pekerjaan yang bersifat tim. Pada tahun 1950, pada masa itu keperawatan
sudah mulai menunjukkan perkembangan khususnya penataan pada system pendidikan.
Hal tersebut terbukti di negara Amerika sudah dimulai pendidikan setingkat
master dan doctoral. Kemudian penerapan proses keperawatan sudah mulai
dikembangkan dengan memberikan pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses,
yang dimulai dari pengkajian, diagnosis keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia telah banyak dipengaruhi
oleh kolonial penjajah diantaranya Jepang Belanda dan Inggris. Dalam
perkembangannya di Indonesia dibagi menjadi dua masa diantaranya:
Pertama, masa sebelum kemerdekaan, pada masa itu
Negara Indonesia masih dalam penjajahan Belanda. Perawat berasal dari Indonesia
disebut sebagai verpleger dengan dibantu oleh zieken oppaser sebagai penjaga
orang sakit, perawat tersebut pertama kali bekerja di rumah sakit Binnen Hospital
yang terletak di Jakarta pada tahun 1799 yang ditugaskan untuk memelihara
kesehatan staf dan tentara Belanda, maka
tidak diikuti perkembangan dalam keperawatan. Kemudian pada masa penjajahan
Inggris yaitu Rafless, mereka memperhatikan kesehatan rakyat dengan moto
kesehatan adalah milik manusia dan pada saat itu pula telah diadakan berbagai
usaha dalam memelihara kesehatan diantaranya usaha pengadaan pencacaran secara
umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan memperhatikan
kesehatan pada para tawanan.
Beberapa rumah sakit dibangun khususnya di Jakarta yaitu pada tahun 1819,
didirikan rumah sakit Stadsverband, kemudian pada tahun 1919 rumah sakit
tersebut pindah ke Salemba dan sekarang dikenal dengan nama RSCM (Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo), kemudian diikuti rumah sakit milik swasta. Pada tahun
1942-1945 terjadi kekalahan tentara sekutu dan kedatangan tentara Jepang.
Perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
Kedua, masa setelah kemerdekaan, pada tahun 1949
telah banyak rumah sakit yang didirikan serta balai pengobatan dan dalam rngka
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan pada tahun 1952 didirikan sekolah perawat,
kemudian pada tahun 1962 telah dibuka pendidikan keperawatan setara dengan
diploma. Pada tahun 1982 untuk pertama kalinya dibuka pendidikan keperawatan
setingkat dengan sarjana yang dilaksanakan di Universitas Indonesia dengan nama
Program Studi Ilmu Keperawatan dan akhirya dengan berkembangnya Ilmu
Keperawatan maka menjadi sebuah Fakultas Ilmu keperawatan dan beberapa tahun
kemudian diikuti berdirinya pendidikan keperawatan setingkat S1 di berbagai
universitas di Indonesia seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan
lain-lain. Pertumbuhan Profesionalisasi dalam Keperawatan.
Profesionalisasi adalah suatu proses menuju
kea rah profesional. Dalam keperawatan proses tersebut diawali dari persepsi
pekerjaan yang sifatnya vokasional menuju ke pekerjaan yang professional,
demikian juga pendidikan yang dulunya yang bersifat vokasional kemudian
bergeser ke arah pendidikan prefesional melaluipendidikan tinggi keperawatan.
Setelah lokakarya pada tahun 1983, proses
menjadikan diri professional sudah mulai dirasakan dengan adanya proses
pengakuan dari profesi lainnya. Dalam menuju pengakuan tersebut diperlukan
langkah penting dalam penataan perawat menuju suatu profesi diantaranya;
v Penataan Pendidikan Keperawata
v Penataan
Praktek Keperawatan
v Penataan
Pendidikan Keperawatan
v Penataan
Pendidikan Berlanjut
B. Paradigma
Banyak ahli yang membahas
pegertian paradigma seperti Masterman (1970) yang mendefinisikan paradigma
sebagai pandangan fundamental tentang persoalan dalam suatu cabang ilmu
pengetahuan. Poerwanto P (1997) mengartikan paradigma sebagai suatu perangkat
bantuan yang memiliki pola dan cara pandang dasar khas dalam melihat, mengenai,
suatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia.
Keperawatan sebagai ilmu
juga memiliki paradigma sendiri dan sampai saat ini paradigma keperawatan masih
berdasarkan empat komponen yang diantaranya manusia, keperawatan, kesehatan
dalam rentang sehat-sakit dan lingkungan. Sebagai disiplin ilmu, keperawatan
akan selalu berkembang untuk mencapai profesi yang mandiri seiring dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan sehingga paradigma keperawatan akan
terus berkembang.
Keperawatan Kesehatan
Manusia
Lingkungan
Ganbar
komponen paradigma keperawatan
Komponen paradigma
keperawatan ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari
pelayanan keperawatan. Manusia bertindak sebagai klien yang merupakan makhluk
biopsikososial dan spiritual yang terjadi merupakan kesatuan dari aspek jasmani
dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai
dengan tingkat perkembangannya masing-masing (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992).
Manusia bertindak sebagai klien dalam konteks paradigma keperawatan ini
bersifat individu, kelompok, dan masyarakat dalam suatu sistem. Sehingga dalam
pemenuhan kebutuhan dasarnya sering dipengaruhi oleh berbagai aspek baik
lingkungan, kasehatan atau kebudayaan bangsa mengingat suatu bangsa memiliki
pandangan yang berbeda. Sebagai klien yang bersifat individu, sasaran pemenuhan
kebutuhan dasarnya adalah biopsikososial dan spiritualyang berbeda dengan
individu lainnya. Karena itu diharapkan terjadi proses pemenuhan kebutuhan
dasar kearah kemandirian. Kebutuhan dasar tersebut dapat meliputi kebutuhan
fisiologis, keamananan dan kenyamanan, cinta mencintai, haarga diri dan
aktualisasi diri. Sebagai klien yang bersifat keluarga, diartikan sebagai
sekelompok individu atau kumpulan dari individu yang saling berhubungan dan
berinteraksi satu dengan yang lain dalam lingkungan sendiri atau masyarakat,
sehinggaa dalam memberikan perawatan selalu memandang aspek keluarga karena
melalui keluarga ini akan dapat diketahui factor yang mempengaruhi masalah
kesehatan agar tujuan perawatan dalam rangka membantu meningkatkan kemampuan
keluarga untuk mampu menyelesaikan masalah (tugas) kesehatan secara mandiri
dapat terpenuhi. Sebagai klien yang bersifat masyarakat, diartikan bahwa
melalui masyarakat kemampuan individu dapat nudah dipengaruhi dengan adanya
fasilitas pelayanan kesehatan, pendidikan, tempat rekreasi, transportasi,
komunikasi, dan social juga, dengan adanya keyakinan yang kuat dari masyarakat
sehingga pandangan masyarakat sangat diperlukan dalam proses perubahan untuk
pemenuhan kebutuhan dasar.
Kemudian konsep manusia yang
lain dalam paradigma keperawatan adalah manusia sebagai system, di mana manusia
terdiri dari komponen subsistem yang telah membentuk suatu system. Sistem
tersebut dapat meliputi system terbuka, system adaptif dan system personal, interpersonal dan social
yang secara umum dapat dikatakan sebagai makhluk holistic (utuh). Sebagai system
terbuka, manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan, baik
lingkungan fisik, psikologis, social maupun spiritual sehingga proses perubahan
pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Sebagi system adaptif, manusia akan merespons terhadap perubahan yang ada di
lingkunganya yang akan selalau menunjukkan perilaku adaptif dan maladaptif.
Apabila kemampuan merespons lingkungan tersebut baik, maka perilaku manusia
akan menunjukkan perilaku adaptif, akan tetapi jika perilaku manusia kurang,
maka perilaku manusia akan menunjukkan perilaku maladiftif.
Komponen yang kedua dalam
paradigma keperawatan ini adalah konsep keperawatan. Konsep keperawatan adalah
suatu bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat professional dalam memenuhi
kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, social dan spiritual) yang dapat
ditujukan kepada individu, keuarga atau masyarakat dalam rentang sehat-sakit.
Dengan demikian paradigm dalam konsep keperawatan memandang bahwa bentuk pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien dalam bentuk pemberian asuhan
keperawatan adalah dalam keadaan tidak mampu, tidak mau dan tidak tahu dalam
proses pemenuhan kebutuhan dasar. Bentuk asuhan keperawatan tersebut berupa
antara lain:
Pertama, bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai
klien yang memiliki ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat
diberikan melalui pelayanan keperawatan untuk meningkatkan atau memulikan
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya khususnya kebutuhan fisiologis.
Kedua, bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai
klien yang mamiliki ketidak mauan dalam memenuhi kebutuhan dasar ini dapat
diberikan melalui pelayanan keperawatan yang bersifat bantuan dalam pemberian
dalam motivasi pada klien yang memiliki penurunan dalam kemauan sehingga
diharapkan terjadi motivasi yang kuat untuk membangkitkan semangat hidup agat
terjadi peningkatan. Pada proses pemenuhan kebutuhan dasar tindakan ini pada
umumnya merupakan terapi psikologis yang dimiliki perawat dalam mengatasi
masalah klien.
Ketiga, bentuk asuhan keperawatan pada manusia sebagai
klien yang memiliki ketidak tahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia ini
dapat diberikan melalui ketidak tahuan dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia
ini dapat diberikan melalui pelayanan keperawatan yang bersifat pemberian
pengetahuan, yang berupa pendidikan kesehatan (health education) yang dapat
dilakukan pada individu, keluarga atau masyarakat yang mempunyai pengetahuan
yang rendah dalam tugas (masalah) parawatan kesehatan sehingga diharapkan dapat
terjadi perubahan peningkatan kebutuhan dasar.
C. Peran Perawat
Definisi
Peran Perawat
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada
situasi sosial tertentu.
(Kozier Barbara, 1995:21).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk
menyatakan aktifitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan
pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk
menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai dengan
kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri
terpisah demi untuk kejelasan.
Care Giver :
Pada peran ini perawat diharapkan mampu
1.
Memberikan
pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat
sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat
sederhana sampai pada masalah yang kompleks.
2.
Memperhatikan
individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan
klien berdasrkan kebutuhan significan dari klien. Perawat menggunakan proses
keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah
fisik sampai pada masalah psikologi
D. Elemen Peran
Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen
peran perawat professional antara lain: care giver, client advocate, conselor,
educator, collaborator, coordinator change agent, consultant dan interpersonal
proses.
1.
Care Giver
Pada peran ini perawat
diharapkan mampu memberikan
pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah sederhana sampai pada
yang kompleks.
2.
Client advokat
Pada peran ini tugas
perawat ialah bertanggungjawab
dalam menginterpretasikan berbagai
informasi dari berbagai pemberi pelayanan,atau informasi lain khususnya
pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien, dan mempertahankan serta melindungi
hak-hak klien yang meliputi :
- Hak atas
pelayanan sebaik-baiknya
- Hak atas
informasi tentang penyakitnya
- Hak atas
privacy
- Hak untuk
menentukan nasibnya sendiri
- Hak
menerima ganti rugi akibat kelalaian.
3.
Counselor
Peran perawat berdasarkan hal ini adalah
mengidentifikasikan perubahan pola interaksi klien terhadap keadaanya, memberi
konseling dalam menginteraksikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang
lalu, dan mengubah prilaku hidup sehat. Perannya :
a.
Mengidentifikasi
perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
b.
Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar”
dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
c.
Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan
kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan pengalaman yang lalu.
d.
Pemecahan
masalah di fokuskan pada masalah keperawatan
4. Educator
Peran perawat berdasarkan hal ini adalah membantu klien
mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakitnya
sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik.
5.
Collaborator
Perawat sebagai
kolabolator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan tim kesehatan
lain, baik perawat dengan dokter, perawat dengan ahli gizi, perawat dengan ahli radiology dan lain-lain dalam
kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
6.
Coordinator
Peran perawat adalah:
a. mengarahkan
b. merencanakan
c. Mengorganisasikan
7.
Change agent
(membawa perubahan/ pembaharuan)
Pembawa perubahan adalah
seorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain
membuat perubahan pada dirinya atau pada system. (Kemp, 1986). Jadi peran di sini sebagai pembaharu dapat
dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis
dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
8.
Consultant
Perawat berperan sebagai tempat konsultasi bagi
pasien terhadap masalah yang di alami oleh pasien atas tindakan keperawatan
yang tepat untuk di beerikan.
Peran Perawat Menurut Hasil
Lokakarya Nasional 1983
Berdasarkan hasil lokakarya keperawatan tahun
1983 maka peran perawat di bagi menjadi 4 yaitu:
a. pelaksana pelayanan keperawatan
b. pengelola pelayanan keperawatan dari institusi pendidikan
c. pendidikan keperawatan
d. penelitian dan pengembangan keperawatan
E. Fungsi perawat
Menurut Bertha Hammer dan Virginia Handerson
(1995;1960), fungsi khas perawat ialah membantu individu, sakit atau sehat,
melaksananakan kegiatan memulihkan atau mempertahankan kesehatan atau
mendampingi si sakit menjelang akhir hayat. Fungsi ini dilakukan karena
individu yang mendapatkan bantuan itu tidak dapat melaksanakan sendiri.
Fungsi perawat dalam
melaksanakan perannya terbagi menjadi:
a.
Fungsi
Independent
Merupakan
fungsi mandiri & tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam
melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.
b. Fungsi Dependent
Merupakan
fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan
oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
c.
Fungsi
Interdependent
Fungsi ini
dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim
satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian pelayanan. Keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.
Berdasarkan Standar
Departemen Kesehatan (1998) tanggung jawab peran perawat adalah sebagai:
1. Pendidikan Keperawatan
2. Pengelola Keperawatan
3. Peneliti Keperawatan
4. Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Kiat
keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam
arti menggunakan kiat – kiat tertentu dalam upaya memberikan kenyaman dan
kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu adalah:
1)
Caring ,
menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu :
nilai – nilai humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan,
menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain, mengembangkan ikap saling
tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman ataupun perasaan baik atau
buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan keputusan,
prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik
fisik, mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia,
dan tanggap dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
2)
Sharing artinya
perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan kliennya.
3)
Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi
seorang perawat untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
4)
Crying artinya
perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
5)
Touching
artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi
simpatis yang memiliki makna (Barbara, 1994)
6)
Helping artinya perawat siap membantu dengan
asuhan keperawatannya
7)
Believing in others artinya
perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu
meningkatkan derajat kesehatannya.
8)
Learning artinya perawat selalu belajar dan
mengembangkan diri dan keterampilannya.
9)
Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat
dan penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan klien kepada
yang tidak berhak mengetahuinya.
10) Listening artinya
mau mendengar keluhan kliennya
11) Feeling artinya
perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang,
frustasi dan rasa puas klien.
12) Accepting
artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang
lain
Sebagai suatu
profesi , keperawatan memiliki unsur – unsur penting yang bertujuan mengarahkan
kegiatan keperawatan yang dilakukan yaitu respon manusia sebagai fokus telaahan,
kebutuhan dasar manusia sebagai lingkup garapan keperawatan dan kurang
perawatan diri merupakan basis intervensi keperawatan baik akibat tuntutan akan
kemandirian atau kurangnya kemampuan.
Keperawatan
juga merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat terapeutik atau kegiatan
praktik keperawatan yang memiliki efek penyembuhan terhadap kesehatan.
F. Tugas Perawat
Perawat Tak Kalah dengan Dokter
Kompas.com - Kemampuan
seorang perawat dalam pemberian terapi pengobatan pada pasien AIDS ternyata tak
kalah dengan dokter. Hal tersebut tentu sangat bermanfaat, terutama dalam
kondisi keterbatasan tenaga dokter.
Penelitian yang bertajuk "pergeseran tugas" dalam pemeliharaan HIV di Afrika Selatan menunjukkan, secara virtual tidak ada perbedaan hasil akhir pada pasien AIDS yang minum obat di bawah pengawasan perawat ataupun dokter.
Penelitian yang bertajuk "pergeseran tugas" dalam pemeliharaan HIV di Afrika Selatan menunjukkan, secara virtual tidak ada perbedaan hasil akhir pada pasien AIDS yang minum obat di bawah pengawasan perawat ataupun dokter.
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan saat ini terdapat 33 juta orang di seluruh dunia yang terinfeksi HIV, virus penyebab AIDS. Sementara itu separuh dari total 9,5 juta orang yang butuh obat AIDS tidak bisa mendapatkannya.
Saat ini yang menjadi masalah adalah kurangnya tenaga kesehatan. Karena itu WHO baru-baru ini mengusulkan "pergeseran tugas" dari dokter pada tenaga kesehatan lain.
Untuk melihat apakah hal itu mungkin diterapkan, tim peneliti dari pusat riset internasional untuk AIDS di Afrika Selatan melakukan studi untuk membandingkan dampak perawatan yang dilakukan dokter dengan perawat.
Diketahui 48 persen pasien yang mendapat kan pengawasan dari perawat mengalami kesalahan. Jumlah itu hanya sedikit di bawah kesalahan yang dilakukan dokter, yakni 44 persen. Setelah dua tahun, angka kematian dan juga efek samping obat dari dua kelompok tenaga kesehatan itu tak berbeda.
Tugas perawat :
1.
Bertanggung
jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya.
2.
Mempertahankan
dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.
Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien,
sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak-hak klien. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi
dan melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
A.
Hak-Hak Klien
antara lain :
·
Hak atas
pelayanan yang sebaik-baiknya
·
Hak atas
informasi tentang penyakitnya
·
Hak atas privacy
·
Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
·
Hak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
B.
Hak-Hak
Tenaga Kesehatan antara lain :
§ Hak atas informasi yang benar
§ Hak untuk bekerja sesuai standart
§ Hak untuk mengakhiri hubungan dengan
klien
§ Hak untuk menolak tindakan yang kurang
cocok
§ Hak atas rahasia pribadi
§ Hak atas balas jasa
Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai
pemberi asuhan keperawatan ini sesuai hasil kesepakatan dalam lokakarya tahun 1993 yang berdasarkan fungsi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data
b. Menganalisis dan menginterpretasikan data
c. Mengembangkan rencana tindakan keperawatan
Menggunakan dan
menerapkan konsep-konsep dan prinsip ilmu prilaku, sosial budaya, ilmu biomedik
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia.
1.
Menentukan
kriteria yang dapat diukur dalam
menilai rencana keperawatan
2.
Menilai tingkat
pencapaian tujuan
3.
Mengidentifikasi
perubahan- perubahan yang diperlukan
4.
Mengevaluasi data
permasalahan keperawatan
5.
Mencatat data
dalam proses keperawatan
6.
Menggunakan
catatan klien untuk memonitor kualitas asuhan keperawatan.
7.
Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perawat
memiliki Peran yang berarti seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik
dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial tertentu. Memiliki
fungsi fungsi yaitu membantu individu, sakit atau
sehat, melaksananakan kegiatan memulihkan atau mempertahankan kesehatan atau
mendampingi si sakit menjelang akhir hayat dan bertugas membantu melakukan tindakan asuhan
keperawatan
B. SARAN
Setelah mengetahui berbagai sejarah,
paradigm, peran, fungsi dan tugas dari perawat mahasiswa diharapkan dapat
mengetahui dan mengaplikasikanya dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar